3 Perusahaan Sektor Perikanan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2019
Indonesia dikenal sebagai negara
kepulauan dengan potensi hasil laut yang
sangat besar. Potensi tersebut tersebar
sepanjang kurang lebih 5,8 juta km2 zona
maritim yang terdiri atas perairan kepulauan
(2,3 juta km2), perairan teritori (0,8 juta km2)
serta Zona Ekonomi Eksklusif (2,7 juta km2).
Produksi ikan tangkap laut selama lebih dari
sepuluh tahun (1991 – 2012) tumbuh sebesar
3,5 persen per tahun. Hasil produksi tahun
2012 mencapai lebih dari 5 juta ton (Badan
Pusat Statistik, 2012).
Sebagian hasil produksi dalam negeri
diperdagangkan secara internasional.
Berdasarkan laporan Kementrian
Perdagangan, eskpor ikan dan produk
perikanan termasuk dalam tiga besar komoditi
ekspor potensial dibawah ekspor makanan
olahan dan perhiasan. Nilai ekspor produk ini
pada tahun 2011 mencapai sekitar 1.278 US$
dan menjadi 1.545 US$ pada tahun 2012.
Dengan kata lain, nilai ekspor dalam periode
tersebut meningkat sebesar 20,89 persen
(Kementerian Perdagangan RI, 2013).
Potensi ekonomi dari hasi laut serta
produk terkait masih dapat terus ditingkatkan
mengingat luasnya cakupan zona tangkap
perikanan laut di Indonesia. Jika di wilayah
peraian sebelah barat (termasuk Laut Jawa
dan Selat Malaka) mulai muncul gejala
kelebihan tangkapan (over-fishing), namun
sebaliknya di daerah peraian sebelah timur
justru masih sangat kurang intensitas
penangkapan ikan (Siregar, 2015). Hasil
beberapa kajian menunjukkan bahwa potensi
tangkap lestari maksimum atau Maximum
Sustainable Yield (MSY) sumber daya
perikanan tangkap adalah sekitar 6,4 juta ton
per tahun. Dengan demikian potensi ekspor
produk ikan Indonesia masih dapat
ditingkatkan di masa mendatang.
Mengingat keunggulan alamiah yang
dimiliki oleh Indonesia, maka sangat wajar
jika ada harapan bahwa Indonesia seharusya
menjadi pemain utama dalam pasar regional
(katakalah, pada level ASEAN). Akan tetapi,
kenyataan berkata lain. Hingga saat ini,
ekspor produk ikan dan produk perikanan
Indonesia masih kalah dibandingkan dengan
ekspor negara tetangga yang memiliki
wilayah teritori lebih sempit seperti
Singapura, Vietnam dan Thailand. Kondisi ini
tentu harus disikapi secara bijak.
Dalam konteks Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA), tentu sangat relevan untuk
mengkaji secara lebih mendalam potensi
ekspor Indonesia di kawasan ASEAN. Terkait
dengan komoditi ikan dan produk perikanan,
mitra dagang utama Indonesia di ASEAN
adalah Singapura, Thailand, Malaysia dan
Vietnam. Keempat negara tersebut merupakan
klaster penting tujuan ekspor ikan Indonesia
disamping negara maju (AS, China dan
Jepang) serta negara industri baru (Hongkong,
Taiwan dan Korea Selatan).
Sebagai salah satu negara maritim di dunia, latar belakang tersebut menjadi minat bagi para investor untuk melakukan investasi di pasar modal indonesia. berikut adalah 3 perusahaan indonesia sektor perikanan yang melakukan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dan tentu dapat anda beli jika anda berminat dan prospek perusahaan menjanjikan.
1. PT. INTI AGRI RESOURCES TBK [KODE : IIKP]
perusahaan Ini bergerak dalam bidang budidaya, distribusi dan perdagangan ikan arwana. Perusahaan juga bergerak di bidang perkebunan. Produk utamanya adalah Super Red Arowana, yang mengusung nama merek ShelookRED. melakukan penawaran umum perdana atau IPO pada tanggal 14 oktober 2002 diharga 450 perlembar saham dengan 37,5 % saham dilepas dipublik. hingga tahun 2018 perusahaan belum pernah membagikan deviden dan EPS perusahaan bernilai negatif pada laporan keunagan terakhir 2018. Pemegang saham mayoritas adalah public sebesar 74% dan PT. ASABRI (PERSERO) 14,5%.
2. PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA TBK [KODE : CPRO]
PT. Central Proteina Prima Tbk (CPRO) bergerak dalam bidang budidaya udang terpadu, produksi dan penjualan udang, ikan, dan pakan ternak lainnya; dan investasi ekuitas di perusahaan lain. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tanggal 18 Agustus 1980. melakukan penawaran umum perdana atau IPO pada tanggal 28 November 2006 diharga 110 perlembar saham,d engan melepas 16,5% dari total keseluruhan saham yang beredar. hingga tahun 2018 nilai perusahaan ini mengalami penurunaan dan berada di harga terendah IHSG di level 50 rupiah perlembar saham dan belum pernah membagikan deviden karena laba perusahaan negatif. pemegang saham mayoritas adalah publik sbesar 24% dan adio pte 23%.
3. PT. DHARMA SAMUDERA FISHING INDUSTRIES TBK [DSFI]
PT. Central Proteina Prima Tbk (CPRO) bergerak dalam bidang budidaya udang terpadu, produksi dan penjualan udang, ikan, dan pakan ternak lainnya; dan investasi ekuitas di perusahaan lain. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tanggal 18 Agustus 1980. melakukan penawaran umum perdana atau IPO pada tanggal 28 November 2006 diharga 110 perlembar saham,d engan melepas 16,5% dari total keseluruhan saham yang beredar. hingga tahun 2018 nilai perusahaan ini mengalami penurunaan dan berada di harga terendah IHSG di level 50 rupiah perlembar saham dan belum pernah membagikan deviden karena laba perusahaan negatif. pemegang saham mayoritas adalah publik sbesar 24% dan adio pte 23%.
3. PT. DHARMA SAMUDERA FISHING INDUSTRIES TBK [DSFI]
PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) bergerak di bidang perikanan, termasuk penangkapan, pengolahan, penjualan dan perdagangan produk perikanan. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1983. melakukan penawaran umum perdana atau IPO pada tanggal 24 maret 2000 diharga 900 dengan presentase saham yang ditawarkan sebesar 29% dan nilainya terus turun hingga ke level 100 pada akhir desember 2018.
Komentar
Posting Komentar